6.12.08

sabdaku, kembalikanku padamu, alam!

Balada Makhluk Setengah Sempurna

hutan
kau simpan di mana hartaku?
liar
masih bisakah aku bebas hirup segarnya udara pagiku?
siangku? soreku? malamku?
kau bias di mataku, apa aku buta?
hilangnya kebebasanku,
yang seraya berlari, mencari hidup
hidup yang bebas
temani hingga akhir semua mati
tak sehelaipun kusembunyikan
karena ku percaya
tak ada raja tak ada hamba
tapi kini, hilang
ditelan raja
raja hutan
berupa makhluk tuhan, paling sempurna.
manusia

Waktu, Hindari Aku Dari Mati Nurani

pagi
titik embun, temani ringkih bangku bambu
seraya menoleh, daguku enggan berpangku
derai tangis bayi, gurau canda lucu

mata
pandangi bocah berlari, lepaskan beban
karena mereka, meski lelah, pancarkan ceria
meski menangis, tetap hadirkan senyum

karena pagi, sisa sembab tak kunjung hilang
meski senyum terurai dari wajah,
setipis benang sembunyikan rasa sedih

karena pagi, terasa sama, dengan pagi sebelumnya
dan pagi esoknya
dan pagi-pagi yang lainnya

aku tak buta
aku hanya kebal hati
rasa yang tak pernah berbeda
setiap pagi, membuka mata,
sambut nurani,
yang siap temani,
pagi
tak pernah sendiri
buang pilu

aku sisa jaya pentas opera
opera hitam putih
yang membosankan meski penuh tawa
pagiku, seperti seluloid hitam putih
datar

Setumpuk Fragmen, Hari Penuh Lamunan

awan,
muntahkan isinya,
tentukan mana kan kusegari,
akulah awan.

aku tak dapat melihat,
hanya dapat kurasa,
peduli segari manusia tergenang,
sesalku, niat segar, berubah linang

tidakkah mereka mensyukuri?
niat suciku menumbuhkan taman,
segar, temani pagi, sore mereka,
linang mereka, linangku juga.

ingatkah mereka tujuanku?
untuk datang pada waktu?
waktu di mana aku akan datang?
datang setiap hari, untuk menyegari.

manusia, aku awan.
ingatlah, aku awan!
jagalah apa yang kalian sayang,
karena aku awan, aku buta akan rimbamu.

aku awan, yang ingin melihat kau bahagia,
manusia, berhenti berlinang, hapus sifat picikmu,
aku buta!
tapi aku tahu, pada saatnya, aku akan menumpahkan apa yang aku punya,
tak hentinya kalian merusak, ruang lingkup kehidupan, nyawa kalian,
sehingga, niat suciku, mati.

mati di tangan kalian manusia, rusak,
buang, padatkan, miliki, sendiri, mengumpat.

tergenang, berlinang, hilang nyawa.
aku tak bisa berhenti, ulahmu, bukan salahku,
karena aku awan, buta!

5.12.08

berlari ke masa lalu.

ayunan kaki,
lewati gerbang sepasang layung tanjung,
ya, hujan deras sejak sore, tidak mungkin hadirkan lembayung, matahari berhenti bersinar hari ini, mungkin ia lelah pancarkan sinarnya satu hari penuh.
ucapkan salam, naik ke atas, masuk ke kamar, lalu masuk ke kamar mandi, cuci muka, ke bawah, siapkan makanan.
bercanda dengan saudara-saudara kecil, lalu kembali ke atas.
ayah saya bekerja di luar kota, ibu saya belum pulang karena ada pekerjaan yang menuntutnya bermalam, adik saya sakit, dan sudah tertidur pulas.
i feel like i'm home, everytime the door opens, even though my mom aren't home.
maybe i'm having a family problem, and i don't feel like having it, only sometimes, but causes great effect when i feel it.
tekanan darah tinggi adalah kawan saya sejak satu tahun terakhir. dan akan kembali terasa jika
entah kenapa, malam ini, ya hari ini saya merasa buruk sekali. terlebih, baru saja saya ber-maya-ria dengan teman masa kecil di Maryland.
dia adalah teman yang cukup karib, perempuan Indonesia yang besar di Amerika, dan mungkin sekarang sudah menjadi warganegara Amerika. I guess. semasa saya menghabiskan masa kecil, dia salah satu dari banyak orang Indonesia yang hampir setiap minggu bermain bersama, karena sebagai minoritas, kami semua adalah satu. saya menanyakan kabarnya, dan bagaimana kuliahnya dan basa-basi lainnya. sampai akhirnya saya bertanya, "how is everybody doing?" (terpaksa menggunakan bahasa inggris karena saya yakin bahasa indonesianya sudah hilang). lalu dia menjawab, "who is everybody, i rarely interact with people now, maybe only some of them, but not much, i'm, uhmm like, isolating myself, well, i don't care." ya, lalu saya berpikir sejenak, ada yang berubah dengan pola pikirnya, dulu, saya, dia, kami, mereka yang selalu bersama, ternyata berpisah, dan semakin dewasa, pola pikir kami semua berubah drastis. obrolan singkat pun terpotong karena dia harus masuk kelas, dia satu angkatan di bawah saya, seorang junior di Montgomery College.
saya termenung, entah iba, entah apa yang ada di perasaan saya. secepat kilat saya melarikan diri dari kawan-kawan maya, dan merebahkan diri di kasur. mood yang kurang baik, semakin dihantam dengan obrolan yang, hmm, mungkin biasa saja, tapi perasaan semakin tidak menentu. entah apa, entah bagaimana harus menyikapinya.
maybe it's just a short example of how words can affect how you feel, especially when you're down, she wrote those stuff naturally simple, but it causes many conflict for me.
saya sama sekali tidak tersinggung dengan apa yang dia tuliskan, tapi benar-benar menimbulkan pertanyaan, apakah perubahan yang begitu drastis datang dari masalah yang sama dengan yang saya hadapi? atau mungkin berbeda tapi apa yang dia hadapi lebih berat?
sebelum dia masuk kelas, saya sempat berkata, "well, i dunno, but i guess i've tried to do the exact same thing as you did, but i couldn't, everytime i try to isolate myself, i just suffer more, isolating myself is really not who i am." lalu dia berkata, "lol, that's great, but i really don't have time to do those stuff, i go to classes, and work two jobs, talk to you later, bye!"
kesibukan, waktu yang hilang, dan menjadi introvert, ditambah mungkin masalah yang dia hadapi. 24/7 facing reality, life's hard, but deal with it easily. saya senang dengan cara dia menuliskan kata-kata tersebut dengan mudahnya, saya rasa dia menghadapi hidup yang berat, ditambah orang-orang di sekitarnya yang banyak bicara, tapi dia mampu melangkahi masalah, dan terus berjalan.
mungkin saya salah memandang hidupnya, mungkin dia tidak punya masalah, hanya proses pendewasaan saja. hanya saja, secara emosional, saya mengategorikannya sebagai proses, realita, hidup, berat, perubahan sifat, lelah, dan dia mampu lewati masalah, semua mudah.
ah, sudahlah, terlalu banyak mungkin di tulisan ini, mungkin tidak jelas apa yang saya tuliskan, tapi satu yang pasti, dia telah sedikit menggiring pola pikir saya, berlarian ke sana kemari. saya harus banyak belajar, bukan lari, tapi lewati.
thanks reni for the short conversation. i miss you and everyone else there. much love for y'all.
tanjung senyum singkat, gugurkan daunnya. kokohkan tangkainya.
temani aku tanjung, kurasa semua adalah awal.

23.9.08

fungsi terkunci, kuncinya kemana?

pelik, beribu janji jauh dari kesan tepat.
kata janji tidak pernah lebih dari sebuah tawar menawar di pasar.
janji bisa ditawar.
janji seperti uang.
bagi setiap desibel suara yang keluar dan semakin lantang terdengar di musim dimana bendera macam simbol berkibar.
di situ pula tawar menawar harga tinggi janji semakin terdengar.
lalu, apa gunanya tebar pesona?
toh kursi itu hanya dipakai untuk menandatangan yang datang satu bulan sekali, karena invasi cap asli maupun palsu bertebaran di bawahnya.
musyawarah.
loh, musyawarah?
yang mana?
pada musimnya pasti turun lagi dari kursi.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 32 tahun adalah waktu yang cukup menyenangkan untuk mengisi pundi-pundi sendiri di bawah bendera janji tadi.
pelik?
jauh dari kesan pelik.
SEKARAT!

dua tarian di bawah airmata perang

perang

kencing mesiu
dentum peluru
derap serdadu
tangis ibu, pilu

percik darah
teriak amarah
lontar senjata
sekan lupa, perang

pesta

seolah lupa akan lelah
seperti berlari tanpa menjejakkan ke dua kaki ke tanah
lalu hadir rasa iba
yang ingat akan juang moncong selongsong lempar
menikmati indahnya dunia tanpa peluru

tangis takut ibu dan anak
surutkah niat untuk menarik isyarat?
sumpah matipun kutaruhkan untuk berkata tidak
isu picikmu tertawa atas semua yang kau boncengi
yang kau atur seperti kumpulan korporasi atur bumi

pada akhirnya semua kembali ke tanah
karena setiap-tiap nuranimu terkutuk
acuh, bohong, kembali pada
pesta, pesta mesiu

lelah

berlari
lari
berdiri
diri
lalu tidur
lelap sendiri

12.9.08

hangat tertawa, dingin menangis

"untuk seorang teman yang kerapkali menemaniku di malam hari, meski rautnya masih bias"

Hangat Tertawa, Dingin Menangis

Tak henti sedu sabit gelap
Satu riak saat lelap
Tangis jatuh yang tak kerap
Teriak gamang tak terserap

Datang bunyi suara keras
Membuka mata tolak terperas
Kata patah terdengar bebas
Meski raut terkesan bias

Ku senyum hapus riak
Menyisakan hanya kerak
Singgung hati tak merusak
Bunga malam yang semerbak

Tak buih masuk hati
Meski menemani hingga mati
Meski menusuk seperti belati
Katamu membekas sampai nafas terhenti

Bandung, 12 September 2008

2:54 A.M.



----------------
Now playing: Stina Nordenstam - Proposal
via FoxyTunes

apatisme, ismeapatis, apasmeti blablabla..

Apatis.

Apatis terhadap siapa?

Apa yang di-apatis-kan?

Keseharianku yang stagnan tidak pernah bisa menghentikan tangan kananku berhenti menulis, jari-jariku menari di atas papan berisi huruf dan angka dan simbol-simbol bias..

Menari.. Menulis, meski tidak indah.

Terkadang, menikmati hidup persis seperti saat kita meminum secangkir kopi yang masam karena memasukkan terlalu banyak gula ke dalamnya.

Ibaratkan kopi adalah hidup, masam adalah hasil jerih payah, dan gula adalah hal yang kita lakukan demi meraih hasil yang kita inginkan.

Kita menyeduh kopi dengan air panas, lalu kita mencoba meminumnya dalam usaha pertama, terasa pahit, lalu kita menambahkan gula ke dalamnya, namun masih terasa pahit di lidah, akhirnya kita terlalu banyak menambahkan gula lalu yang terasa adalah masam. Mungkin seperti hidup yang selalu ingin terasa manis dan mencoba meraihnya dengan cara secepat mungkin, dan tidak belajar dari pengalaman pertama dan merangkak dari bawah.

Huh, Perumpamaan yang buruk, tapi ini lah yang ku bisa.

Kegagalan bukan hal yang harus ditangisi.

Hah!! Kata-kata itu terlalu lazim dikatakan banyak orang. Oh, bakarlah semangatku, kata-kata tersebut sangat memiliki kekuatan.

Gagal? Menyerah? Lalu berhenti hidup dengan cara bunuh diri? Atau menjadi apatis terhadap diri sendiri.

Percuma kita menganggap orang lain apatis terhadap dunia luar, sementara kita masih apatis terhadap diri sendiri. Yang menjalani keseharian, dengan harapan menjadi sesuatu yang dipandang oleh semua mata.

Lebih baik terpejam daripada selalu mengomentari orang lain sementara kita sendiri masih perlu dikomentari.

Terkadang aku terlelap di malamku, hanya terkadang, karena acapkali adzan subuh menemaniku tidur. Mataku hanya bisa terpejam setelah merasa lelah dan tidak terpaksa.

Aku tidak bisa memaksakan kehendak mataku untuk terpejam meski semua orang mengatakan paksakan saja, karena kaupun akan tertidur. Sayangnya, aku masih sulit percaya, aku masih sulit melakukannya.

Aku pun terpejam, tanpa terpaksa, dengan ikhlas.

Tujuanku hanya satu, istirahat. Aku menyadari yang terpenting dalam hidup ini adalah kemampuan untuk menenangkan diri, peduli kepada diri sendiri agar kita tidak terlalu terbebani dengan masalah.

Masalah dengan diri sendiri.

Masalah diri sendiri kita anggap angin lalu. Dampaknya mungkin tidak instan dan tak terasa dalam hitungan jam, tapi mungkin dalam hitungan hari, bulan, tahun. Setelah kita lupa dengan masalah personal karena ketakutan kita untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, di masa depan, kita dihadapi dengan masalah yang sama dan telah kita lupakan, dan sialnya kita telah berhadapan dan tidak bisa kita hindari.

Dan mengahadapi masalah yang tidak kita pedulikan acapkali menjadi pelontar positif menjadi negatif. Apa yang terjadi?

Mati rasa, mati rasa menghadapi hidup dan saat itu juga keluhku, tak terelakkan, air mata berlarian, tanpa mampu dikejar oleh jariku.

Apatis..



----------------
Now playing: Stina Nordenstam - Little Star
via FoxyTunes

4.7.08

Midnight to end a story full of hope

Midnight to end a story full of hope

Reminiscing my own awaiting memory.
Spreading the pain of a flown story.
Story told, story suffered, story goes, story over.
Started my own bright day to reminisce tonight.
Ended the night to reminisce the day.
Beautiful walk when the sun waves goodbye.
Big laugh on the evergreen we swallow.
Holding each others hands like this moment would last forever.
Joyful heart of mine seeing your hands waving goodbye.
And praying that the day we spent would feel like a precious moment.
Ran back home, so the moon would still light.
Before the moon gets too dark.
So I won’t get lost on my way home.
And would still get the chance to,
Say goodnight, sing a lullaby for you
I was sure that I will get there, my chance.
You’re my morning, you’re my sunshine, you’re the hands that I hold to, you’re the moon that’s right beside me when I fall asleep, and you’ve got to be sure that I am too.


July 3rd 2008

7:30 P.M.


----------------
Now playing: Stina Nordenstam - Hopefully Yours
via FoxyTunes

1.7.08

citra.

seorang bocah berlari dan kabur setelah melihat saya dan teman saya berjalan di belakangnya dan mengira kami adalah tukang palak karena melihat penampilan kami yang disebut punk.
pencitraan bahwa punk adalah kriminal.

sekelompok true hardcore mendatangi sebuah gig emo lalu berteriak "emo sucks" dan memboikot acaranya.
pencitraan bahwa emo is not hardcore and has to be erased from the scene.

seorang anak gadis tidak disetujui oleh orang tuanya berpacaran dengan seorang anak punk yang dandanannya tidak rapih.
pencitraan bahwa punk adalah kaum bodoh yang anti-edukasi.

seorang penikmat musik metal yang berjalan melewati rumah ibadah sambil memakai sweater bergambar orang sedang (maaf) disalib sambil dibakar dipandang jijik oleh dewan keluarga rumah ibadah atau remaja rumah ibadah.
pencitraan bahwa penikmat musik metal adalah orang yang anti-religi dan anti-tuhan.

seorang pemuda instant menolak memulai bisnis kecil-kecilan di komunitas bermainnya karena malu.
pencitraan bahwa seseorang akan terlihat sebagai orang yang kesulitan karena berdagang untuk menambah uang saku ketimbang dengan mudah meminta kepada orang tua.

remaja-remaja borjuis menolak datang ke acara seni budaya lokal ketimuran.
pencitraan bahwa budaya ketimuran dan lokal adalah kuno dan usang karena budaya kebarat-baratan lebih menunjukkan kredibilitas mereka sebagai orang kaya.

di atas adalah pengalaman saya selama menjalani hari-hari saya di kota Bandung ini, yang penuh dengan pencitraan negatif dengan hal yang saya sendiri geluti.
pencitraan media, pencitraan sesepuh, pencitraan orang tua, pencitraan seorang
role model, pencitraan saya, kamu, dia, mereka, siapapun. sebuah citra negatif dapat berubah dengan sebuah pembuktian positif. close minded people are given the chance by god to open their damn minds. so open your eyes and think back.
maaf jika ada tulisan saya di atas yang menyinggung sebuah komunitas atau orang. tidak ada maksud menyindir atau memojokkan, tetapi memang itu yang saya rasakan di sekitar saya. saya sendiri tidak lebih dari seorang new kids on the block yang baru saja mulai menikmati rasanya bergerak di dalam movement seperti ini jadi sama sekali tidak bertujuan untuk menggurui.
june1st08.



Now playing: Hammock - Stars In The Rearview Mirror

Now playing: Hammock - Kenotic

Now playing: Hammock - Miles To Go Before Sleep

Now playing: Hammock - Wish

Now playing: Hammock - Overcast Sorrow

Now playing: Hammock - Glacial
via FoxyTunes

1.3.08

Words of Blues

Love will come with a brew.
A brew made enough for us two.
We'll enjoy it outside when the sky is blue.
And realize that it was made for me and you!
-Anno, 2008

21.2.08

hmm, one for my band!

tak ada waktu melakukan perlawanan,
yang ada hanyalah waktu untuk meniup bara dalam serpihan kayu terbias asap.
siapkan amunisi dan jadilah terdepan.